One Day Before

Jumat 21 Desember 2012, sehari sebelum hari puncak, hari bersejarah, hari pembantaian berlangsung suasana masih biasa saja. Karena semalem kecapekan banget, tidurnya bener2 pulas dan bangunnya pun ogah2an sambil bermalas2an. Tapi karena mikir makan pagi biasanya cuma sampe jam 10, jadi dipaksa2 untuk bangun dan mandi. Benar saja, sesampai di restoran tinggal sisa2, ya daripada gak makanlah. Selanjunya kembali santai2 dulu, siangnya jumatan di deket hotel, puanas pol diluar.

Sekitar jam 13.00 kembali dijemput oleh keluarga ayah, untuk makan siang bersama di rumah. utuk utuk makan disana, sambil brol ngobrol ini itu, perkenalan2, karena baru sekarang pertemuan resminya antar 2 keluarga. Lumayan rame juga, sorenya kembali lagi ke hotel. Malemnya sekitar jam 19.00 dijemput lagi untuk ke rumah untuk makan malem serta pemabahasan terakhir menjelang hari H.



Suasana semakin menegangkan, karena pembahasan mulai serius, hari H tinggal hitungan jam, sementara berbagai persiapan blm beres. Ternyta diketahui keteganan udah dari beberapa hari sebelumnya, yang paling parah adalah masalah penghulunya. Dari 2 bulan sebelumnya, ayah udah nyuruh saya ngirim berkas2 administrasu ke KUA, dan ayah juga udah mengutus orang untuk mengurusnya, tapi mungkin karena miskomunikasi ternyta berkasnya belum masuk ke penghulunya di H-3, apa gak panik itu, hoho. Untunglah, ayah temene banyak, dan ada yg masih sodara dengan penghulunya, yaitu om fitrah.

Malam itu, disaat keluarga sedang pada genting membicarakan hari H. Saya diantar oleh om fitrah ke rumah penghulunya dulu. Biar bisa belajar dulu, pemanasan sebelum hari H. Sebelum ke rumah penghulu si masih biasa2 aja ya, belum ada tegang2nya sedikitpun. Sesampai disana, basa2 dulu, kemudian oleh penghulunya mulai mengajari saya, cuma sekali sih, langsung praktek salaman dan mengucapkan ijab qobul. Nah disini pas saya ngucapain pating cletot ra karuan, terbata2, terputus2, salah2, langsung grogi, mental langsung down. Baru ini nih, bener2 merasakan deg2an makpolll,, Yang tadinya santai2 saja, seketika berubah jadi panik, panas dingin rasanya, langsung ngapalin terus sepanjang malam.

Pas kembali kerumah, untuk makan malam pun rasanya langsung seret, gak selera, badan udah meriang rasane, ini gimana ini, hoohoho. Otak udah panik langsung, berratus2 kali dalam hati belajar ngucapin, karena ada 2 versi dari penghulu dan dari yang saya hapalin selama ini.
dari saya lumayan panjang, ada penyebutan mas kawinnya dan ada kata2nya dibayar tunai, sedangkan dari penghulu singkat. Tapi justru itu, karena berubah makannya jadi kacau balau, pikiran langsung semrawut meski cuma 1 kalimat. Tapi ini paling bersejarah seumur hidup.

Sekembalinya ke hotel masih galau, hingga waktu itu simplykey ke hotel buat nganter hantaran yang akan dipake besok paginya, saya gak mau menatapnya, pikiran udah kacau (dan ternyata simplykey merasakan hal yang sama, dia juga gak berani menatapku, katanya mukaku tegang banget, hahha).

Malam itu, peperangan telah dimulai, pra pembantaian sudah terjadi, Hati udah makin panas dingin gak karuan. Hanya bisa berdoa untuk esok paginya sembari menghafal.

Ditulis pada 2 Januari 2013

Comments

Popular posts from this blog

Tipus

Plin Plan

Indonesia 18 A